Pages

Sabtu, 17 Agustus 2013

Sinopsis FTV 'SATU KONTAINER CINTA UNTUKMU'

Judul: SATU KONTAINER CINTA UNTUKMU
Produksi: FRAME RITZ
Tahun Produksi: 2013
Stasiun TV: SCTV

Sinopsis FTV – revisi

SATU KONTAINER CINTA UNTUKMU
By: Rindu Rindang Cintakami (@Puguhpsadmaja)

Acara perjodohan itu kacau, belum juga rombongan cowok turun dari mobil, Intan yang mau dijodohin tiba-tiba aja kabur. Maka semua keluarga besar Intan nggak sempet menerima tamu, mereka yang sebagian besar berbatik pada lari mengejar Intan yang pake busana kebaya modis sederhana. Mama teriak-teriak, “Intan.. liat dulu siapa yang Papa mau jodohin sama kamu! Orangnya ganteng kok! Kalo kamu nggak mau, buat mama lho!” Papa marah, “Hus! Mama nih! Lagi gini sempet-sempetnya bercanda!” Sampai di jalan raya, Intan naik taksi. Tanpa pikir panjang Papa pinjam motor tukang ojek untuk mengejar Intan. Papa boncengan! Anehnya, sangking paniknya, dia boncengan sama Ibu yang tadi pas mau naik ojek. Papa mengejar kesana-kemari.. tikung sana-sini.. salah jalan.. sampai kemudian Papa mendapati taksi itu. Begitu taksi berhenti, Papa langsung buka pintu taksi dan marah-marah. Papa kaget, yang dimarahin itu ternyata bukan Intan, tapi cowok jadi-jadian yang berbusana kebaya. Papa teriak kaget, sampai memeluk Ibu tadi. Keduanya nyadar dan sama-sama teriak!

Intan berhasil mengkelabui, karena Intan bersembunyi di balik truk kontainer. Karena merasa tidak aman dan melihat pintu truk terbuka, Intan masuk ke dalam truk. Marwoto, si bapak tua sopir truk, kaget. Intan minta Marwoto untuk tenang, karena dia sedang sembunyi. Saat ini Marwoto lagi sakit berat, tak bisa lagi mengemudikan truk. Karena ingin aman dan jauh dari kejaran keluarganya dan keluarga Pram, Intan nekad nyetir truk itu dengan bantuan komando dari Pak Marwoto. Karena baru pertama nyetir truk (kontainer pula), maka selama di jalanan kacau. Intan nggak bisa mengendalikan dengan baik. Makian dari banyak Sopir lain melayang ke Intan. Dan sampailah Intan di kantor Marwoto. Karena nggak bisa mermarkir dengan baik, truk kontainer itu dibiarkan melintang. Jelas saja Gilang, si Bos yang baru kerja hari ini, marah-marah sama Intan, “Sejak kapan ada truk markirnya begini! Udah berapa lama sih kamu jadi sopir truk kontainer!? Hah! Saya pecat baru tau rasa!” Intan menjawab santai, “Gue.. gue baru tadi jadi sopir truk kontainer!” Mendengar itu Gilang makin marah, “Kamu jangan meledek saya ya! Saya emang bos baru kamu! Tapi jangan main-main sama saya! Kamu tau, kantor ini nggak rugi kehilangan kamu! Masih banyak sopir yang butuh kerjaan!” Intan melongo.

Intan nggak perduli, yang dia pikirin sekarang adalah nganter Pak Marwoto yang sakit pulang. Gimana pun juga pak Marwoto sudah menyelamatkan dirinya. Sampainya di rumah Marwoto yang sederhana, Ibu Suti, istrinya Pak Marwoto menawarkan Intan untuk tinggal di rumah. Yah, paling tidak rumah ini biar nggak sepi, maklum sudah 25 tahun menikah mereka belum juga dikaruniai seorang anakpun. Sementara Intan menerima tawaran itu. Intan bbm Mamanya, “Mah.. nggak usah cari Intan ya.. Intan baik-baik aja kok.” Setelah itu dia matikan HP-nya. Esoknya, sakitnya Marwoto nggak sembuh juga. Kalo dia nggak kerja, maka Suti dapat makan dari mana lagi. Itulah yang membuat Intan mau menggantikan Marwoto jadi sopir truk kontainer.

Sambil terus memperhatikan jam tangan, hati Gilang berkecamuk, “Mana sopir cantik kemarin? Kok nggak masuk lagi. Jangan-jangan dia keluar gara-gara gue marahin. Waduh.. dimana lagi nyari sopir secantik dia.” Begitu dari balik jendela dia lihat Intan datang, barulah dia lega. Saat Intan masuk, dia sok tegas lagi, “Jam berapa nih!?” Intan menjawab santai, “Jam 9.17!” Gilang sok tegas, “Saya bukan kayak bos kamu yang kemarin! Saya ini bos tegas! Kalo masuk telat, saya bisa pecat kamu!” Intan tetap santai, “Oh.. mau mecat saya.. ya udah..” Intan langsung mau balik pergi. Gilang menahan, “Eh.. eh.. kok langsung pergi sih.. nggak langsung dipecat sekarang kok.. peraturannya baru aktif besok-besok kok.

Intan mendapat tugas mengantar kontainer dari Tanjung Priok ke wilayah Banten dan sekitarnya. Karena Intan cewek, maka dia dikasih kenek cewek, namanya Heni. Karena Intan masih kuliah, maka sering kali di sela-sela nganter bareng, Intan masuk kampus. Kebayang kan, yang parkir kontainer besar di kampus. Hampir semua orang ngetawain dan meledek Intan. Tapi nggak sedikit juga yang marah-marah karena mobilnya kehalang truk kontainer. Saat turun dari kontainer, Intan bertemu dengan Pram.. Keduanya kaget hebat. Gimana nggak kaget, mereka itu sahabat dari kecil. Terus pisah sejak kelas 3 SD karena Intan dan keluarganya pindah. Keduanya pun melepas rindu, mereka juga baru nyadar kalo mereka sekampus. Pram sangat bahagia, karena dari dulu Pram yakin, Intan adalah cinta sejatinya. Itu sebabnya Pram selalu mencari Intan. Jadinya habis pertemuan itu, Pram selalu saja pengen deket sama Intan. Hingga Pram nembak Intan, yang membuat Intan heran. “Sejak kapan lu suka sama gue?” Pram: “Dari kecil. Aku yakin, kamu cinta sejatiku.” Intan senyum rada sinis, “Lu tau, Pram.. orang bule di sono noh lagi mikir, gimana caranya bangun rumah di planet Mars! Eh, elu lagi masih ngomongin cinta sejati!” Intan lekas meninggalkan Pram untuk ikut mid-test. Karena mid-test itulah Intan baru sampai Tanjung Priok tengah malam. Hebatnya Gilang masih nungguin lho. Tapi biasa deh, Gilang sok-sokan marah dengan kalimat pemecatan andalannya. Lagi-lagi Intan nggak takut. Eh, malah Gilang yang ketakutan kehilangan Intan.

Pak Marwoto sembuh, bisa bekerja lagi. Dia ngucapin makasih banyak sama Intan yang sudah membantunya selama ini. Intan meninggalkan rumah Pak Marwoto. Pada saat yang sama, Papa menemui Intan di kampus. Papa dan Mama menyerah, janji tidak akan lagi ada perjodohan. Itu sebabnya Intan mau pulang.

Gilang kelimpungan karena Intan nggak kerja lagi. Dari Marwoto, Gilang tahu ternyata Intan itu hanya gantiin Marwoto saja. Gilang tanya Heni, dimana dia bisa menemui Intan. Setelah tahu, Gilang segera menyambangi kampus Intan. Gilang minta pada Intan untuk kembali bekerja. Gilang tak beralasan, bahwa ini semua karena cinta. Namun buat Intan, rasa cintanya pada truk kontainer membuatnya mau kembali kerja sebagai sopir. Sejak itu Gilang bulan menunjukkan aslinya, sosok cowok yang menyenangkan. Gilang dan Intan makin dekat. Kedekatan itu selalu saja diganggu dengan kemunculan Pram yang minta Intan menerima cintanya. “Sori, Pram! Gue nggak suka sama lu!” Maka Pram membuka semuanya.. Pram memang yakin, Intan adalah cinta sejatinya. Namun saat ini, Pram ingin banget bisa pacaran sama Intan karena.. Pram mengajak Intan bertemu dengan Ayahnya. Sang Ayah mohon sekali pada Intan, agar Intan mau menerima Pram. Kamu tidak akan kecewa kalo kamu sama Pram.. Om tau banget, betapa Pram sangat mencintai kamu.Intan dalam situasi yang sulit, karena Intan tak pernah merasa cinta pada Pram. “Pram.. maaf.. gue belum bisa jadi pacar lu.” Pram sangat kecewa. “Oke, Tan.. nggak apa-apa.. Saatnya aku belajar melupakan kamu.

Gilang sih lebih segalanya lah.. ganteng juga dan sudah mapan. Perhatian Gilang pada Intan juga makin berlebihan, sehingga menimbulkan keirian pada Sopir. Sampe-sampe para Sopir menggelar demo gara-gara mereka tahu Intan dapat uang lembur lebih besar dari mereka. Gilang merasa nggak mungkin membiarkan Intan jadi Sopir terus.. Gilang pun menyatakan cintanya pada Intan. Intang senang banget dengan pernyataan cinta itu. Gilang menyatakannya di kantornya yang sudah disetting indah sekali, sangat romantis. Semua seperti akan berjalan lancar. Namun tiba-tiba saja Intan lari dari situ.. Gilang mengejarnya.. Intan naik ke truk kontainer. Karena panik, mobilnya tiba-tiba saja mogok, Gilang mengejarnya dengan kontainer juga. Terjadi kejar-kejaran truk kontainer di jalan raya. Kejaran itu berakhir di kampus. Intan memeluk Pram, “Aku sekarang yakin, aku sayang sama kamu, Pram.” Waoow.. Pram girang banget. Selesai masalahnya sampai sini? Oh, tentu tidak. Intan kaget sata mendapat telfon dari Mamanya, Papanya sakit berat. Kata Mamanya di telfon, Papanya terus kepikiran karena gagal menjodohkan Intan dengan anak temennya. Intan diantar Pram pulang. Di jalan Intan menangis, “Kalo memang papa akan sembuh dengan cara aku menerima perjodohan itu, aku rela kehilangan kamu.” Sampai di rumah, Intan dan Pram kaget! Karena di rumah itu ada Papa, Mama, Ayah dan Ibunya Pram. Jadi ternyata mereka itu emang mau menjodohkan Pram sama Intan.. Ya elaah.. capek deh..

Selesai.

Tangerang Selatan, 8 March 2013
Rindu Rindang Cintakami (@Puguhpsadmaja)


Terimakasih Tuhan Atas Segalanya

1 komentar:

  1. tadinya lgi balejar cara penulisan skenario film,pas liat ad iklan tentang film ini,saya buka aja.eehh pas baca baru nyadar kalau film ini pernah saya nonton,,,
    kren..

    BalasHapus