Anyway.. perhelatan Piala Dunia
Qatar 2022 digelar. Pertandingan pembuka Belanda dengan susah-payah menyudahi
tuan rumah dengan sebiji gol, alias 1-0.
Sementara itu, di stadion lain,
Doha Port Stadium, stadion anyar super megah yang dibangun di tepi laut.
Sekitar stadion ada pantai buatan berbentuk palem. Luar biasa, pancaran lampu
stadion dan sekitarnya membuat pemandangan yang sangat indah sekali. Sekitar
500 penonton berbaju kebesaran merah-putih sudah sedari tadi masuk stadion. Tak
bosan menunggu berjam-jam, sebabnya mata-mata mereka disuguhkan pemandangan
sebuah stadion super moderen yang belum pernah ada di dunia manapun, apalagi
Indonesia. Sehingga mereka tak menyadari, di lapangan sana sudah masuk pasukan
Garuda Luka yang dipimpin Dodi Alfayed. Begitu penonton Uruguay dengan baju
abiceleste, yang artinya biru langit, berteriak, barulah supporter Indonesia
nyadar yang dibela sudah ada di atas lapangan rumput yang hijau bak karpet.
Pertandingan sudah akan dimulai.
Tim Uruguay yang ditukangi pelatih muda Diego Forlan sangat percaya diri.
Sebaliknya timnas Garuda Luka? Mereka tegang. Belum pernah mereka main di
stadion semewah ini.. belum pernah mereka main di turnamen sebergengsi ini..
tegang.. tegang sekali.. terlihat saat kick off yang dimulai dari kaki Dodi
Alfayed dioper ke pemain muda Davin Rasya, entah kenapa bola itu mental jauh
dan jatuh di kaki Gonzales Canazaro, pemain sayap lincah milik Uruguay yang
membela Panatinaikos. Canazaro yang pernah jadi pelari 100m melesat begitu
cepat. Muhammad Lukito pun tak siap, kualahan menjaga driblingnya Canazaro yang
mengerikan. Tidak ada yang menduga, Canazaro melepaskan tendangan sangat keras
ke gawang. Harry Liem tidak siap, hanya membiarkan bola itu melewati atas
kepalanya.. Gol! Indonesia ketinggalan 0-1. Pendukung tim biru langit bersorak
kesetanan!
Harry Liem, Muhammad Lukito,
Davin Rasya, Alfayed hanya bisa saling pandang. Tidak saling menyalahkan. Semua
salah. Semua terpana. Masuk ke Piala Dunia bagai masuk kesebuah istana yang
ubinnya sebening air yang jernih.
“Indonesia!” Teriakan dari penton
disusul dengan keprokan tangan sebanyak 5x. Berkali-kali. Membuat pasukan
Alfayed and friends tersentak. Sadar sesadar-sadarnya mereka sedang ada di
sebuah turnamen kelas wahid. Apalagi saat Van Bommel teriak, “Apa yang kalian
lakukan! Ini bukan piknik! Kalian bukan penggembira!” Teriakan itu seperti
menggelora membentuk sebuah pecut yang menghantam tiap pemain Garuda Luka di
lapangan hijau, mengalir deras di darah masing-masing, berkolaborasi dengan
tulang dan semua persendian, menghasilnya sebuah semangat! Semangat besar! Ini
Piala Dunia! Mereka bukan turis! Mereka membela merah-putih! Demi Indonesia
Raya yang 77 tahun yang lalu merdeka!
Semua punggawa Timnas Garuda Muda
menjadi trengginas. Seolah tak perduli, yang dihadapinya adalah juara Amerika
Selatan, setelah di final menghentikan kedigdayaan Argentina 1-0. Taktik yang
diajarkan Van Bommel berjalan dengan baik. Umpan-umpan pendek dan cepat
diperagakan. Semua bergerak! Saat menyerang semua ke depan. Saat diserang,
semua bertahan. Seorang reporter sempat tersentak, menganga, “Ini total
football yang sudah lama mati! Total football temuannya Rinus Michel” Senyum sedikit
menyungging di tengah ketegangan Van Bommel. Hatinya bergetar tapi lega. Benar,
dia sedang melahirkan lagi total football! The new total football ala Timnas
Garuda Luka.
Hasilnya di tepi babak pertama.
Mulanya Indonesia diserang habis-habisan lewat kedua sayap Uruguay yang
mematikan, Canazaro dan Canizares. Dibantu striker tunggal yang sangat
mengerikan, Fornando Sancez. Umpan silang Canazaro melambung, berbentuk pisang,
melengkung. Semua pemain belakang yang dimotori Muhammad Lukito menyangka
Sansez bakalan menanduk! Tak salah kalo Lukito cepat ambil tindakan, kasih
komando, “Kawal Sansez!” Maka spontan semua terbius, mengawal Sansez super
ketat.
“Umpan jauh!” Tiba-tiba kiper
Harry Liem teriak kencang sekali. Teriakan yang membuka kesadaran pemain Garuda
Luka di kotak pinaltinya sendiri, bahwa mereka sudah salah prediksi. Umpan itu
bukan untuk Fernando Sancez. Bola itu melambung melewati kepala Sancez. Semua
hanya bisa melongo! Di belakang mereka ada Canizares yang berdiri sangat bebas.
Semua 100% sadar tendang first time kaki kanan Canizares sangat tidak
diharapkan keberadaan tim lawan manapun. 10 goal yang dia kemas selama bersama
Spurs, 4 di antaranya melalui posisi seperti ini. Bahkan kiper Mancesther City,
Gregory Usmanov, yang punya julukan ‘The Next Gordon Banks’, pernah merasakan
fatalnya akibat melepas Canizares sendirian tanpa kawalan. Gawangnya tembus 2
kali dengan posisi macam ini.
Sekarang bahkan Harry Liem jauh
dari siap siaga. Posisinya cenderung ke kanan. Sedangkan bola sudah terbang turun
ke arah kaki Canizares. Pemain senior Uruguay itu pun sudah menarik kaki
kanannya ke belakang, itu jelas pertanda siaga 1 buat gawang Liem! Benar juga..
buk!!! Tendangan Canizares sangat kencang! Kencang sekali! Semua pemain
belakang Indonesia terperangah, tidak menduga, pasrah. Sepasrah Harry Liem.
Hitungan matematis, walaupun Harry Liem terbang, tetap tak bisa menjangkau bola
yang melesat seperti kilat! Semua pendukung pasukan biru langit sudah berdiri,
siap berlompatan girang merayakan gol itu. Van Bommel hampir-hampir menutup
wajahnya.
Bola terus melesat! Kecepatannya
mengerikan! Kencang sekali! Liem tidak melakukan apa-apa! Hanya membiarkan,
seperti menikmati melihat kencangnya bola yang kemungkinan besar akan masuk
gawang lewat pintu pojok kiri atas. Dan.. Daaar!!! Rupanya bola manghantam
mistar gawang! Kencang sekali! Bunyinya juga lumayan kencang! Liem tersentak
menyaksikan itu! Reflek dia lompat tinggi berusaha menangkap bola yang mental
ke arahnya. Hap!!! Bola dikuasai Liem! Canizares tidak percaya! Semua penonton
Uruguay tercenung. Van Bommel tidak jadi menutup wajahnya. Liem teriak kencang
sekali, “Naiiiiiik!!! Semua naiiiiik..!!!”
Teriakan itu membuat Alfayed dan
Davin Rasya lari kencang sekali ke depan. Liem langsung melihat kedua rekannya
itu. Liem sudah hafal, jika dia berteriak, maka kedua pemain itu yang pasti
langsung lari ke depan. Liem melempar bola jauh sekali. Sampai hampir ke garis
tengah. Davin Rasya menguasai bola. Dribling anak muda ini menakjubkan,
mengingatkan kita pada Christiano Ronaldo, bahkan sedikit lebih baik dari
mantan pasukan Portugal itu. Rasya kelewati Berto, poros halang Uruguay yang
main di Malaga. Tanpa komando, semua pemain Indonesia naik, tidak terkecuali
para pemain belakang. Memang seperti ini biasanya. Van Bommel yakin dengan
kemampuan teknik mereka, yang digenjot hanya fisik untuk menjalankan skemanya
yang bertajuk ‘The New Total Football’. Semuanya berjalan dengan sangat
singkat! Hampir semua pemain Indonesia ada di wilayah Uruguay. Canizares yang
masih menyesali eksekusinya tadi, Canazaro dan Sancez terlambat turun. Membuat
keadaan di baris pertahanan Uruguay tidak berimbang.
“Lukito kosoooong..!!!” Teriak
Alfayed ke Davin yang masih menggoreng bola. Pandangan Davin lekas ke arah
Lukito yang lari menyisir tepi lapangan. Melihat Davin menghentikan bola, semua
pemain bertahan Uruguay yakin banget, Davin akan mengumpan ke Lukito, membuat
beberapa dari mereka segera memarking Lukito. Ternyata tidak, Davin masih
menggoreng sendiri. Tanpa tedeng aling-aling melepaskan tembakan keras dari
luar kotak pinalti. Tendangan yang tidak dinyana oleh siapapun! Bahkan oleh Van
Bommel sekalipun!
Tendangan lurus kencang! Kencang
sekali! Mengarah tepat ke gawang Tafarel, namanya sama banget dengan penjaga
gawang legendaris Brazil. Tafarel terbang.. menepis bola itu.. bola berbelok
arah.. tapi tetap teta berlanjut melewati si kiper.. bola membentur mistar
gawang! Belok arah lagi.. beloknya menuju ke dalam gawang! Robek gawang
Tafarel! Gooooool!!! 1-1 beberapa detik sebelum injury time berakhir.
Masih ingat di benak kita semua,
mungkin 300 juta masyarakat Indonesia lompat kegirangan di depan layar tv
mereka. Terekam jelas di layar televisi bagaimana Davin lari merayakan gol!
Dihadang Alfayed! Dipeluk kencang Alfayed. Air mata Davin tumpah-ruah. Para
penonton Indonesia di stadion juga banyak yang tidak sengaja jingkrakan sambil
nangis merayakan gol pertama Indonesia di Piala Dunia.
Timnas Garula Luka membawa hasil
imbang ke kamar ganti. Pesan Van Bommel hanya satu, “Saya tidak perduli kita
akan kalah atau menang. Yang saya minta hanya satu.. jalankan strategi saya!”
Babak kedua.. tidak ada lagi
ketegangan. Semua pemain Indonesia pede, pede abis. ‘The New Total Football’
diperagakan dengan ciamik. Para pemain belakang Indonesia yang dimotori Lukito
beberapa kali ada di kotak pinalti lawan. Saat bertahan, Alfayed dan Davin
Rasya ikut ada di dekat kiper Liem. This is the real total football. Stamina
mereka luar biasa dasyatnya. Jual-beli serangan terjadi di pertandingan pertama
babak kedua antara Indonesia vs Uruguay. Shot on Goal keduanya berimbang. Tidak
menghasilkan goal. Semua mental di tangan Liem dan Tafarel.
Dan sampailah pada menit ke 83.
Kejadiannya adalah saat Canazaro dimarking Davin di pertahanannya sendiri.
Canazaro melakukan back pass ke Tafarel. Pejagawa gawang Uruguay menyangka itu
bola dari hasil tackling yang dilakukan Davin. Tanpa pikir panjang Tafarel
menangkap bola itu! Priiiiiit!!! Wasit meniup peluit! Tendangan bebas di dalam
kotak pinalti Tafarel. Penjaga gawang dengan beringas melakukan protes.
Akibatnya Yellow Carded! Tafarel menahan amarah, mengusung dendam. Eksekusi
bola mati adalah tugasnya Alfayed.
Alfayed merapikan rumput,
meratakan. Meletakan bola dengan tenang. Tatapannya dingin ke pagar betis yang
sulit diatur Wasit Virdikov dari Bulgaria. Setelah rapi, Alfayed mundur
mengabil ancang-ancang. Penonton dari kedua negara berdiri, seperti akan
menyanyikan lagu kebangsaan. Van Bommel tertunduk, tak kuat menyaksikan
kejadian itu. Ini sepertinya lebih tegang ketimbang saat dia main menghadapi
Spanyol di Piala Dunia 12 tahun yang lalu. Sekujur bumi Indonesia hening,
sunyi. Yang ada hanya suara detak jantung yang keras dari semua orang yang
menyaksikan layar televisi. Bisa jadi program ini rekor point rating tv yang
tak mungkin tertandingi sepanjang sejarah. Ketegangan makin memuncak kala wasit
meniup peluit. Alfayed dengan sangat tenang bersiap, menatap ke langit seperti
berdialog dengan Tuhan. Setelah itu Alfayed menatap depan, pagar hidup, dan di
belakangnya tidak jauh ada Tafarel di posisi kiri. Alfayed berlari kecil..
menuju ke bola.. tepat sampai di bola.. kaki kanannya keras menyepak bola..
Bola menghujam tidak terlalu keras, mendatar.. Semua pagar betis sedikit
lompat.. bola dengan mudah melewati kaki para pemain Uruguay yang berjajar..
bola pun dengan tanpa hambatan terus melaju.. menuju gawang.. tanpa kawalan..
Tafarel hanya bengong tak bisa lompat lantaran terlalu jauh dari jangkauannya..
Bola masuk! Gawang Tafarel bergetar untuk kedua kalinya.. Gooooll!!! Indonesia
unggul 2-1 di menit ke 83.
Kepulauan Indonesia yang
sebelumnya hening, pecah dengan gegap-gempita sebagian besar orang yang nyimak
perjuangan tim merah-putih di depan TV. Baru kali ini melihat Mark Van Bommel
melompat. Widodo Cahyono Putro yang dipercaya mengasisteni segera lari ke
Bommel dan bicara antusias, “Bommel! Bertahan! Bertahan! Ganti Alfayed dan
Davin! Masukan Gozali dan Tangkas! Bek dan gelandang bertahan!”
Van Bommel manggut-manggut. Tanpa
dialog, tangannya menunjuk Tangkas dan Gozali, 2 pemain yang merumput di
Bundesliga. Namun sialnya, sebelum Alfayed dan Davin ditarik keluar ada
kejadian yang menyesakkan. Para pemain Uruguay yang diunggulkan kecewa berat
dengan gol kedua itu. Canizares melakukan perbuatan kotor! Dia sengajah
mengganjar kakinya Alfayed yang berhasil melewati dirinya. Alfayed tersungkur,
jatuh, guling-guling, kesakitan hebat! Teriak-teriak sambil memukul-mukul
rumput dengan kencang, tanda memang benar-benar sakit! Anehnya Canizares hanya
dihukum dengan kartu kuning! Van Bommel dan Widodo saling pandang, dan barengan
melepas nafas kesal.
Alfayed ditandu keluar. Davin
juga ditarik keluar. Gantinya yang tadi, Gozali dan Tangkas. Maka praktis
Indonesia bertahan. Selama 5 menit terakhir gawang Indonesia digempur
habis-habisan. Liem melakukan 3 penyelamatan hebat. Dan mistar gawang berjasa 2
kali buat timnas Garuda Luka di 1 menit terakhir. Final Wistle! Kedudukan tidak
berubah, tetap 2-1 untuk Indonesia. Tak kuasa, semua pemain berlari kegirangan,
ini seperti pertandingan final saja. Penonton jejingkrakan. Yang di depan tv
ikut berpesta. Air mata Widodo menetes saat berpelukan dengan Van Bommel.
Pandangan Van Bommel menerawang
jauh, benaknya bicara, “Pertandingan kedua Indonesia akan menghadapi Belanda..
negaraku!”
Berikutnya Belanda. Dalam perhelatan Piala Dunia, negeri kincir angin ini dianugerahi julukan 'Juara Tanpa Mahkota', lantaran dari pertama kali Piala Dunia dihetal di Uruguay, sampai yang paling hangat 4 tahun yang lalu di Rusia, paling banter Belanda hanya sampai Final. Tahun ini mereka datang dengan materi mengerikan. Indonesia diperkirakan akan jadi lumbung gol buat tim orange. Benarkah? Tunggu Bagian ke-4.
0 komentar:
Posting Komentar