MENGEJAR CINTA TANPA KAKI
Setelah gajian dari kerjanya
sebagai kuli bangunan, SETO 27 tahun, membeli sepasang sepatu mungil yang
cantik. Seto segera lari ke Bidan, tempat FATMA 25 tahun, istrinya, akan
melahirkan. Tak terbayangkan, betapa bahagianya Seto dan Fatma nantinya dengan
kehadiran seorang anak yang sudah 5 tahun mereka nantikan. Tak sabar rasanya
Seto memasangkan sepasang sepatu cantik tadi ke kaki anaknya yang sebentar lagi
akan lahir. Suara tangisan bayi telah memutus masa penantian panjang Seto. Air
mata bahagia tak berhenti berurai. Seorang Bidan yang keluar, segera ia tanyai,
seperti apa rupa anaknya, kondisinya dan segala macamnya. Raut haru dan
kebahagiaan itu sontak sirna menyusul sebuah berita yang disampaikan sang Bidan.
Anak Seto cacat, tidak memiliki 2 kaki. Pasangan suami istri itu bagai disambar
geledek yang sangat kencang. Busyar semua impian Seto untuk memakaikan sepasang
sepatu di kaki anaknya yang mungkil. Rasanya tak kuat mereka menerima kenyataan
ini.
Seto dan Fatma membawa
pulang anaknya dengan diam-diam. Sejak saat itu rumahnya selalu dikunci
rapat-rapat. Tiap ada warga yang mau mengok, selalu dikatakan anaknya lagi
sakit, nggak boleh dilihat banyak orang. Yang makin membuat keduanya kian pedih
adalah, hampir tiap kado yang mereka terima adalah sepasang sepatu mungil. Seto
dan Fatma merasakan beratnya menanggung semua ini. Keduanya tak kuat. Di tengah
malam keduanya mengendap-endap keluar dengan membawa anak bayinya yang cacat,
pergi meninggalkan kampungnya. Mereka sampai di depan sebuah panti asuhan.
Dengan cucuran air mata, dengan perasaan yang sangat berat, keduanya
meninggalkan bayi yang ditaruh di dalam kardus dengan selimut hangat. Ada
sebuah nama di baju bayi itu: ANANDA FITRI.
Ananda Fitri ditemukan IBU
RAHMA, si pemilik panti asuhan. Dengan penuh kasih sayang, tak perduli cacat,
Ibu Rahma merawat Fitri. Meski cacat, Fitri tumbuh menjadi anak kecil yang
cantik. Ia tak perduli dengan ledekan dari beberapa temannya tentang kondisinya
yang tak berkaki. Biasanya kalo lagi dikata-katain seperti itu, pahlawannya
adalah KIRMAN, temannya sepanti asuhan. Kirman sayang sama Fitri. Fitri juga
sayang sama Kirman. Sayangnya, saat keduanya berumur 6 tahun, mereka harus
berpisah. Kirman diadopsi pasangan MULYANA dan EUIS yang sudah 10 tahun tak
punya anak. Kirman harus meninggalkan panti asuhan, meninggalkan Fitri, tinggal
bersama orang tuanya yang baru, yang kaya. Fitri tak bisa berbuat apa-apa,
hanya bisa berurai air mata menyaksikan sahabat terbaiknya pergi tanpa tahu
kapan lagi akan bertemu.
Kerinduan pada sahabatnya,
membuat Fitri yang sudah menginjak 8 tahun diam-diam ingin mencari Kirman.
Bukannya Kirman yang ditemukan, malah malapetaka yang dijumpai. Fitri dibawa
oleh seorang Pengemis, untuk kemudian dipaksa menjadi pengemis. Buat si
Pengemis itu, keberadaan Fitri jelas merupakan keuntungan besar, karena Fitri
tak punya 2 kaki, yang akan mengundang belas kasihan pada yang melihatnya. Saat
mengemis itulah, Fitri sempat bertemu dengan Seto dan Fatma, alias orang
tuanya. Akan tetapi mereka tidak saling menyadari. Seto dan Fatma merasakan
kesedihan saat itu, berharap, semoga anaknya mendapat perawatan dan kasih
sayang di panti asuhan dan tidak sampai menjadi pengemis seperti itu.
Hari itu Kirman jalan-jalan
bersama Mulyana dan Euis yang sudah 2 tahun menjadi papa dan mamanya. Di tengah
jalan Kirman melihat Fitri yang lagi ngemis. Kirman teriak, minta segera
dihentikan. Kirman lompat dari mobil, kari mengejar ke arah Fitri. Sedihnya,
Fitri tak ada lagi di tempat tadi. Peristiwa itu membuat Kirman mengadukan itu
ke Ibu Rahma yang sudah 2 minggu kehilangan Fitri. Ibu Rahma bersama beberapa
pegawai panti yang laki-laki mencari Fitri ke tempat yang ditunjuk Kirman.
Bersyukur, mereka bisa menemukan Fitri dan membawa Fitri pulang lagi ke panti
asuhan. Kirman bertemu dengan Fitri. Akan tetapi, mungkin ini akan menjadi
pertemuan yang terakhir, karena setelah ini Kirman akan ikut papa dan mamanya
tugas di Jayapura. Untuk kedua kalinya mereka berpisah dengan sangat sedih.
Kini, Fitri sudah menjadi
gadis yang cantik, baik, lembut dan sangat ramah. Murah senyum tanpa pernah
memperdulikan orang-orang yang kadang mempergunjingkan kecacatannya. Setelah
lulus SMA lalu, Fitri kursus akutansi, dan sekarang kerja menjadi kasir di sebuah
minimarket. Di minimarket itulah Fitri bertemu dengan Budi, cowok tampan yang
hobi photography. Keduanya begitu akrab dan lama kelamaan menjadi sangat dekat.
Sebenarnya Fitri menyadari akan kekurangannya, akan tetapi hatinya berkata
lain, ia jatuh cinta pada Budi. Dan sungguh di luar dugaan, Budi juga mencintai
Fitri. Keduanya pacaran secara serius. Betapa bahagiaanya Fitri saat Budi
berniat ingin melamar dirinya. Akan tetapi, tak ada permasalahan berat apapun,
tiba-tiba saja Budi memutuskan hubungannya dengan Fitri. Karena menurut Budi,
perkenalannya dengan Fitri dirasa sudah cukup. Ia sudah punya bahan lumayan
banyak untuk membuat cerita tentang seorang gadis yang kuat walau tanpa dua
kaki. Jadi sebenarnya Budi tak pernah mencintai Fitri. Gadis itu hancur
sehancur-hancurnya. Ini sangat berat. Memang benar apa kata hatinya, tak ada
laki-kali di dunia ini yang sebaik Kirman, yang sekarang entah dimana.
Dalam kehancurannya itulah,
saat Fitri bekerja, Fitri bertemu Seto dan Fatma yang sedang belanja di minimarket.
Seto dan Fatma kaget sekali membaca nama di dada Fitri bertuliskan ‘Ananda
Fitri’. Perasaan berdosa yang luar biasa membuat keduanya mengakui kesalahan
karena telah membuang Fitri. Mulanya Fitri tak langsung percaya, walaupun Seto
dan Fatma menyebutkan beberapa tanda lahir yang sama persis. Akan tetapi tes
DNA tak bisa membuat Fitri tak bisa memungkirinya. Dengan berat hati Fitri mau
menerima Seto dan Fatma sebagai orang tua kandungnya.
Sudah 14 tahun Kirman dan
Fitri tak lagi bertemu dan tak ada kabar berita. Kirman saat ini sudah menjadi
pemuda yang tampan, kaya karena meneruskan usaha papanya. Hobinya membaca
mempertemukannya pada buah blog dengan cerita berjudul ‘Mengejar Cinta Tanpa
Kaki’, yang isinya adalah kisah seorang gadis cacat tanpa kaki bernama Ananda
Fitri. Ingatannya segera tertuju pada Fitri, sahabat kecil yang sudah sangat
lama ia lupakan. Kirman mendatangi panti asuhannya dulu. Sungguh tak disangka,
panti asuhan itu sekarang sudah menjadi gedung bertingkat. Tak ada yang tahu,
dimana panti asuhan itu berada. Maka dari blog itulah Kirman berkontak dengan
Budi, kemudian tahu dimana dia bisa menemui Fitri.
Fitri sedang bekerja di
kasir menghitung beberapa belanjaan. “Semuanya jadi seratus limapuluh delapan
ribu.” Ada suara yang menjawab, “Saya bisa bayar pake kerinduan, nggak?” Fitri
kaget. Ia pandangi pemilik suara itu. 14 tahun sudah sangat berubah. Fitri tak
langsung ingat siapa dia. Kirman mengingatkan dirinya, “Aku Kirman. Sahabat
kamu yang selalu siap melindungi kamu.” Berpelukanlah keduanya dengan sangat
erat. Air mata keduanya tumpah. Pelampiasan kerinduan yang sudah mendarah
daging.
Kirman minta maaf, tak
pernah menghubungi Fitri, karena setelah tinggal di Jayapura 2 tahun, ia ikut
papa dan mamanya ke London, Paris, Melbourne, sampai Cape Town. Baru 2 tahun
ini Kirman tinggal di Jakarta. Biarpun Kirman sudah jadi anak muda yang
kaya-raya, dan Fitri hanya seorang kasir yang cacat, namun tak ada yang berubah
dari keduanya. Keduanya tetap dekat seperti waktu mereka masih kanak-kanak. Yang
membedakan kali ini adalah, keduanya rupanya menyimpan cinta. Fitri yang pernah
sakit hati karena dihianati oleh Budi, kali ini sangat berhati-hati, tak mau
sakit untuk kedua kalinya. Kirman meyakinkan, dia sungguh-sungguh mencintai
mencintai Fitri. “Aku janji, sebentar lagi aku akan bawa kamu ke papa sama
mama. Aku akan kenalkan kamu. Aku akan bilang ke mereka, bahwa kamu adalah
calon istriku.” Betapa bahagianya Fitri mendengar itu semua.
Maksud hati Kirman menemui
papanya untuk menyampaikan itu semua, akan tetapi Mulyana lebih dulu bicara.
Bahwa kedua orangtuanya sudah sepakat ingin menjodohkan Kirman dengan anak
rekan bisnis Mulyana. “Nggak bisa, pah. Jodoh adalah masa depan Kirman. Kirman
yang akan memilih jodoh buat Kirman.” Mulyana dan Euis tidak marah, “Iya. Kamu
benar. Cepat kenalkan ke papa sama mama, siapa calon kamu itu.” Separang orang
tua itu hancur bukan main begitu dikenalkan bahwa Fitri si gadis cacat tanpa
kaki lah yang akan dipersunting Kirman. Meledaklah kemarahan Mulyana! Ia tidak
sudi punya menantu cacat seperti Fitri! Memalukan! Hebatnya, Kirman tetap pada
pendiriannya! “Anak nggak tau terimakasih! Sudah diangkat dari panti asuhan!
Bukannya terimakasih! Pergi kamu dari rumah ini!”
Kirman pergi dari rumah,
meninggalkan semua atribut orang kaya. Memulai semuanya dari nol besar. Fitri
selalu mendukung Kirman, selalu dekat dengan Kirman. Usaha Kirman yang gesit
membuahkan hasil. Kirman telah menjadi inspirasi anak-anak muda, karena telah
memiliki puluhan waralaba kios baso.
Membaca usaha Kirman yang
sukses, Mulyana jatuh sakit. Dalam sakitnya itu, Mulyana kerap mengigau
menyebut nama Kirman. Euis terus menangis, karena ia tau sekali, mereka
sebenarnya sangat menyayangi Kirman. Euis berhasil menemukan Kirman, minta
Kirman untuk pulang menemui papanya. Kirman pulang, bertemu dengan Mulyana yang
terbaring di tempat tidur. Mulyana memeluk anak angkat yang sudah dianggap
sebagai anak kandungnya itu. “Kenapa kamu pergi, Kirman? Waktu papa ngusir
kamu, sebenarnya papa berharap nggak akan pergi. Berhari-hari papa berharap
kamu pulang, tapi kamu nggak pulang-pulang.” Mulyana menangis, minta maaf, ia
akan menikahkan Kirman dengan Fitri.
Sebuah pesta pernikahan
digelar. Semua tamu undangan kagum dengan kedua mempelai. Kagum dengan
perjuangan Fitri, gadis cacat yang luar biasa. Kagum pada Kirman, lelaki
berhati besar yang mau menerima Fitri sebagai istrinya. Dan kagum terhadap
Mulyana dan Euis karena kelapangan jiwanya, tanpa rasa malu memiliki dan
memperkenalkan menantunya yang bernama Fitri di depan orang banyak.
-
Selesai -
Catatan:
Cerita ini kemudian diganti, karena pihak PH tidak mau terlalu mengeksploitasi kecacatan. Judulnya berubah menjadi AIR MATA BAHAGIA, dan ceritanya pun dirubah.
Halo Mas Puguh
BalasHapusSalam kenal. Saya Dinda. Beberapa bulan terakhir ini saya sedang tertarik menulis skenario FTV. Saya suka blog Mas Puguh. Terimasih buat banyak pelajaran bermanfaatnya tentang penulisan skenario. Mas, boleh share info bagaimana caranya mengirim naskah skenario FTV ke PH tidak? Biasanya prosedurnya bagaimana yah?
Terimakasih infonya :)
Halo Dinda. Salam kenal juga. Wah, senang sekali bisa share bagaimana mengirim FTV ke PH-PH. Biasanya langkahnya begini (khususnya untuk penulis baru). 1. Datang ke PH yang sering bikin FTV. 2. Temui bagian skenario. 3. Kenalan, minta alamat email untuk ngirim sinopsis. 4. Kirim sinopsis ke PH itu. 5. Jika sinopsis itu diterima, pasti akan dikabari. 6. Sinopsis yang acc ditulis skenario. 7. Revisi skenario. 8. Skenario disyuting. 9. Dapat honor.
BalasHapusNamun ada langkah yang lain buat penulis yang masih baru. Yaitu dengan cara mendompleng penulis lama. Misalnya saja, Dinda mengirim sinopsis ke saya, terus saya akan lanjutkan ke PH. Nah, nanti kalo di-acc, Dinda bisa memulai dengan jadi co-writer saya. Kalo dirasa Dinda sudah oke dalam menulis, Dinda bisa mulai menulis skenario sendiri tanpa saya.
Untuk lebih jelasnya, ini nomer hp saya: 08174939364, jika Dinda berkenan share sama saya.
Terimakasih,
Terus berkarya!
Puguh P. S. Admaja
http://beritadomino2o6.blogspot.com/2017/06/12-penemuan-australia-yang-mengubah.html
BalasHapushttp://detik206.blogspot.com/2017/06/habib-rizieq-akan-pulang-ke-indonesia.html
http://marimenujudomino206.blogspot.com/2017/06/ini-komplotan-begal-dan-rampok-sadis.html
http://jutawandomino206.blogspot.com/2017/06/antisipasi-hadapi-perang-nuklir-warga.html
HALLO TEMAN-TEMAN DAFTARKAN SEGERA DIDOMINO206.COM JUDI ONLINE TEPERCAYA & AMAN 100% !
SANGAT MUDAH MERAIH KEMENANGAN TUNGGU APALAGI AYO BURUAN DAFTARKAN:)
UNTUK PIN BBM KAMI : 2BE3D683